Langsung ke konten utama

makalah kebutuhan istirahat dan tidur

KATA PENGANTAR


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya  sehingga saya dapat menyelesaikan makala ini yang berjudul : KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ISTIRAHAT DAN TIDUR.

Makala ini merupakan salah satu syarat untuk memnuhi tugas Ilmu Keperawatan Dasar IV. Semoga makala ini dapat memberikan ilmu, informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat  bagi pembaca.

Saya menyadari bahwa makala ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun.









Makassar, 25 mey 2017



penulis











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….ii

BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………....1
A.   Latar Belakang………………………………………………………….……..1
B.   Rumusan Masalah…………………………………………………………….1
C.   Tujuan ………………………….……………………………………………….1

BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………..…..2
1.     Pengertian istirahat dan tidur………………………………………………..2
2.     Faktor yang mempengaruhi tidur……………………………………….….9
3.     Asuhan keperawatan masalah tidur………………………………………..12

BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………...14
A.   Kesimpulan ………………………………………………………………….…14
B.   Saran ……………………………………………………………………….……14

DAFTAR ISI………………………………………………………………...15





















BAB I
PENDAHULUAN

A.   Later belakang
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu, proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut tercukupi, maka jumlah energy yang diharapkan untuk memulikan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari  terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga membutukan istirahat dan tidur lebih dari biassanya. ( hidayat dan uliya, 2015)

Setiyo Purwanto (2000) Dalam Jurnal Mengatasi Insomnia Dengan Terapi Relaksasi.
Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, rata-rata hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh.

B.   Rumusan masalah
1.     Pengertian istirahat  dan tidur
2.     Faktor  yang mempengaruhi tidur
3.     asuhan keperawatan  pada masalah istirahat dan tidur

C.   tujuan
1.     Untuk mengetahui pengertian dari istirahat
2.     Untuk mengetahuhi faktor yang mempengaruhi tidur
3.     Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang akan di berikan pada masalah istirahat dan tidur.







BAB II
PEMBAHASAN

1.     pengertian istirahat dan tidur

Menurut Ruslan Muctar (2009) dalam jurnal kebutuhan istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yangmutlak harus dipenuhi olehsemua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsisecara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu.


istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri  dari segalah hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan. ( Hidayat &  Uliyah, 2015)

Tidur merupakan  kondisi tidak sadar yakni individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai, atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh  ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan  suatu urutan siklus yang berulang, dengan cirri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat  perubahan proses fisiologi, dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan luar. ( hidayat & uliya, 2015)

Setiyo Purwanto (2000) Dalam Jurnal Mengatasi Insomnia Dengan Terapi Relaksasi.
Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, ratarata hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu keadaan. 

 Rejeki, Sri Yuniarsih, Aeda Ernawati (2007)  Dalam Jurnal Persepsi perawat dan pasien tentang kebutuhan Istirahat dan Tidur.
Tidur merupakan kebutuhan dasar seperti kebutuhan makan, minum, aktivitas dan lainnya, apabila tidur terganggu dapat menimbulkan pengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Pasien yang sedang dirawat inap membutuhkan istirahat tidur yang cukup sehingga dapat membantu proses penyembuhan penyakitnya.

A.   Karakteristik istirahat
Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat,. Misalnya, Narrow (1967) yang dikutip oleh Perry dan Potter (1993) mengemukakan  enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat, di antaranya sebagai berikut.
1.     Merasakan bahwa  segalah sesuatu dapat terjadi.
2.     Merasa diterima.
3.     Mengetahui apa yang sedang terjadi.
4.     Bebas dari ganguan ketidaknyamanan.
5.     Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan.
6.     Mengetauhi adanya bantuan sewaktu memerlukan.

Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas  dapat terpenuhi. Hal ini dapat di jumpai apabila pasien merasakan segalah kebutuhannya dapat diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan  sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria  tersebut diatas, maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan  tindakan  keperawatan yang dapat meningkatan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya mendengarkan secara hati-hati  tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba meringankan jika memungkinkan.  ( Hidayat & Uliya, 2015)


B.   Fisiologi tidur
Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivitasi retikularis yang merupakan sistem yng mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termaksuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. (Hidayat & Uliyah, 2015).

Menurut Ruslan Muctar (2009) dalam jurnal kebutuhan istirahat dan tidur  menjelaskan tentang fisiologi tidur yaitu 
Aktivitas dan tidur di atur dan di control oleh dua sistem pada batang otak . yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR) . RAS dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran ; memberi stimulasi visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba ; serta emosi dan proses berpikir . pada saat sadar , RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR.

                   Menurut Elis Deti Dariah1 Okatiranti (2015) dalam jurnal
Hubungan kecemasan dengan kualitas tidur  lansia di posbindu anyelir kecamatan cisarua kabupaten bandung barat 
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga  dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangasangan emosi dan proses pikir.

C.   Fungsi Tidur
Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ – organ tubuh. Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement (REM) dan Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan mempengaruhi proses anabolik dan sintesis makromolekul ribonukleic acid (RNA). Rapid Eye Movement akan mempengaruhi pembentukan hubungan baru pada korteks dan sistem neuroendokrin yang menuju otak. Selain fungsi di atas tidur, dapat juga digunakan sebagai tanda terdapatnya kelainan pada tubuh yaitu terdapatnya gangguan tidur yang menjadi peringatan dini keadaan patologis yang terjadi di tubuh. (Tarwoto & Wartonah, 2006 )


D.   Pola Tidur
Pola tidur mencakup kualitas dan kuantitas tidur seseorang dimana kualitas tidur adalah jumlah tahapan NREM dan REM yang dialami seseorang dalam siklus tidurnya, dan kuantitas tidur adalah jumlah lamanya waktu tidur yang dihabiskan seseorang dalam sehari (Tarwoto & Wartonah, 2006).

E.   Jenis-jenis tidur
Setiap malam seseorang mngalami dua jenis tidur yang berbeda dan
saling bergantian yaitu: tidur (Rapid-Eye Movement) dan non REM (Non Rapid-Eye Movement). (Rafknowledge, 2004: 2-3).

a. Tidur REM
Tidur REM (rapid eye movement) terjadi disaat kita bermimpi hal
tersebut ditandai dengan tingginya aktivitas mental, dan fisik. Ciri-cirinya antara lain; detak jantung, tekanan darah, dan cara bernapas sama dengan yang dialami saat kita terbangun. Masa tidur REM kira-kira dua puluh menit dan terjadi selama empat sampai lima kali dalam sehari.

b. Tidur Non-Rem
Tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama tingkatan terdalam
berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit dibangunkan. Beranjak lebih malam, status tidur non-REM semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa menyegarkan/ meguatkan. Selama periode ini, tubuh memperbaiki dirinya dengan menggunakan hormon yang dinamakan somastostatin. Ilmuwan mendefinisikan bahwa tidur yang terbaik adalah tidur yang mengalami perpaduan tepat antara mengalami REM dan non-REM.

F.    Tahapan tidur

Tahapan-tahapan/ fase tidur dapat dimati melalu pengamatan gelombang
otak selama periode tidur dengan menggunakan alat EEG
(electroencephalograph) (Solso, 2008: 254). Ada beberapa tahapan dalam tidur;
1.     Tahap I
Tahap  I adalah tahapan paling “ringan“Dari keempat tahapan tidur dan hal itu terjadi saat kita mulai merasa mengantuk. selama tahapan ini, terdapat periodeperiode singkat akivitas gelombang theta (4-7 Hz), yang mengindikasikan rasa ngantuk.

2.     Tahap II
Tahap II dicirikan oleh “ kumparan “ tidur (sleep spindles), yang berupa lonjakan-lonjakan ritmik aktivitas EEG yang bekisar pada 12-15 Hz.

3.     Tahap III
Tahap III terdapat sejumlah gelombang delta berfungsi sangat rendah (1-4Hz) , dan pola “ kumparan “ juga berlangsung Tahap IV rekaman-rekaman EEG menunjukan hasil serupa dengan tahap III, namun memiliki lebih banyak gelombang delta .tahap ke IV adalah tahap tidur yang paling dalam, saat orangpaling sulit di bangunkan.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat  elektroen sefalogram(EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu  non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).

1.     Tidur NREM.
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu,semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam(deep sleep atau delta sleep).

2.     Tidur REM.
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.  Selama tidur  REM,otak cenderung aktif danmetabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada tahap individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat  bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan pernapasansering kali tidak teratur. ( Mubarak  & chayatin, 2007)

G.  Pengaturan Tidur
Tidur merupakan suatu urutan keadaan fisiologis yang di pertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf pariental, endokrin, kardiovaskular, pernapasan dan muscular (Robinson, 1993), tiap rangkaian diidentifikasi dengan respons fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur .
Kontrol dan pengaturann tiur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang lain menyebabkan tertidur.  Potter & Perry (2012).

H.  Kebutuhan dan Pola Tidur Normal

Asmadi (2008) Dalam Jurnal Konsep Dasar Istirahat Dan Tidur mengatakan bahwa,
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam.
Kebutuhan dan pola tidur normal menurut Potter dan Perry (2010), yaitu :

1. Neonatus sampai dengan 3 bulan
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
b. Mudah berespons terhadap stimulus
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM

2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30%
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari
b. Tahap REM 25%


4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
5. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
7. Dewasa muda
a. Tidur 7-9 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
8. Usia dewasa pertengahan
a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari
b. Tahap REM 20%
9. Usia tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%


I.      Siklus tidur
https://beequinn.files.wordpress.com/2012/10/siklus-tidur.jpg?w=645
Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya danberlangsung selama 10 menit.
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005).
J.     Kebutuhan istirahat tidur
  • 0 bulan –1 bulan  Masa neonatus  14-18 jam/hari
  • 1 bulan – 18 bulan  Masa bayi  12-14 jam/hari
  • 18 bulan – 3 tahun  Masa anak  11-12 jam/hari
  • 3 tahun – 6 tahun  Masa pra sekolah  11 jam/hari
  • 6 tahun – 12 tahun  Masa sekolah   10 jam/hari
  • 12 tahun – 18 tahun  Masa remaja  8,5 jam/hari
  • 18 tahun – 40 tahun  Masa dewasa muda  7 jam/hari
  • 40 tahun – 60 tahun  Masa paruh baya  7 jam/ hari
  • 60 tahun ke atas  Masa dewasa tua  6 jam/ hari

2.     Faktor –faktor yang mempengaruhi tidur
Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur  banyak factor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di antaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alcohol, diet, merokok, dan  motivasi.

·        Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapatmenyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada  biasanya. Di samping itu, siklus bangun-tidur  selama sakit juga dapat mengalami gangguan. (Mubarak & chayatin, 2015)

·        Lingkungan.
faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur.  Sebagai contoh, temperatur yang tidak  nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.

·        Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang . Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah  beristirahat  biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

·        Gaya hidup.
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengaturaktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.

·        Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklustidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.

·        Stimulant dan alcohol.
Kafein yang terkandung dalam beberapa minumandapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan
konsumsi alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.

·        Diet.
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.

·        Merokok.
Nikotin  yang  terkandung  dalam  rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudahterbangun di malam hari.

·        Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,  metabloker 
Dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.

·        Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaanlelah seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untukterjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.

Gangguan tidur yang umum terjadi
1.     Insomnia
Menurut Setiyo Purwanto (2000) Dalam Jurnal Mengatasi Insomnia Dengan Terapi Relaksasi.
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejalagejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur.

2.     Parasomnia
Menurut Ruslan Mukctar (2009) dalam jurnal kebutuh istirahat dan tidur.
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia  antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror ), gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM(mis; mimpi buruk), dan lainnya (mis; bruksisme).

3.     Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawabpada siang hari.

4.     Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secaratiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatife pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti; amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan anti depresan seperti imip ramin hidroklorida.

5.     Apnea saat tidur
Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakitkepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.




3.     Asuhan keperawatan klien masalah tidur
1.       Pengkajian

Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur, pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
a.     Riwayat tidur
Penkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasukifaislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi:
•   Pola tidur yang biasa.
•   Ritual sebelum tidur.
    Penggunaan obat tidur atau obat-obatan lainnya.
•   Lingkungan tidur.
         Perubahan terkini pada pola tidur. ( Mubarak & chayatin, 2007)
b.  Gejalah klinis
Gejalah klinis di tandai dengan perasaan lelah, gelisa, emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva  merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala. (Hidayat & Uliyah, 2015)
c.      Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung, dan disorientasi tempat dan waktu, ganguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur.




2.     Diagnosa Keperawatan
Ketika mengembangkan suatu pernyataan diagnosa keperawatan, perawat harus memastikan bahwa batasan karakteristik tertentu yang  tepat dalam data dasar pengkajian. Diagnosa keperawatan adalah informasi yang diperoleh selama pengkajian proses keperawatan. Keakuratan diagnosis tergantung pada penilaian yang mendalam (Fortinash, Holaday, Worret, 2000).
Fortinash dan Holoday-Worret (2000), mengatakan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien skizofrenia adalah:

1. Gangguan komunikasi verbal
2. Ketidakefektifan koping individu
3. Risiko bunuh diri
4. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri
5. Risiko perilaku kekerasan pada orang lain
6. Gangguan proses pikir
7. Isolasi sosial
8. Gangguan proses keluarga
9. Kurang perawatan diri: mandi, berpakaian, makan/minum, buang air kecil dan buang air besar.

Berdasarkan Potter & Perry (2005), diagnosa keperawatan yang muncul pada pengkajian kebutuhan dasar istirahat tidur adalah:
1. Gangguan pola tidur
2. Deprivasi tidur
3. Insomnia

4.     Perencanaan dan inplementasi
Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur adalah untuk  mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan energi yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya dapat terkait dengan upaya miningkatkan perasaan sejahtera klien atau meningkatkan kualitas tidurnya.




         

BAB III
   PENUTUP


A.   KESIMPULAN

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Sedangkan  tidut adalah Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, ratarata hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur.
Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivitasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termaksuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.
Ada dua jenis tidur yaitu tidur REM dan tidur NREM. Tidur REM (rapideye movement) terjadi disaat kita bermimpi hal tersebut ditandai dengan tingginya aktivitas mental, dan fisik. Sedangkan, Tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama tingkatan terdalam berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit dibangunkan. Beranjak lebih malam, status tidur non-REM semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa menyegarkan/ meguatkan. Selama periode ini, tubuh memperbaiki dirinya dengan menggunakan hormon yang dinamakan somastostatin.

B.   SARAN
Menjaga pola istirahat  dan tidur dapat membantu terpenuhnya kebutuhan dasar  manusia, maka mulai dari sekarang mari ita mengatur waktu agar kebutuhan istirahat dan tidur dapat terpenuhi dan sesuai dengan kebutuhan setiap individu.



DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Jurnal Konsep Dasar Istirahat Dan Tidur. Jakarta, Hal.1-9

Elis Deti Dariah1 Okatiranti. (2015) Hubungan kecemasan dengan kualitas
tidur  lansia di posbindu anyelir kecamatan cisarua kabupaten bandung barat. Jurnal universitas BSI.bandung,hal.92-93

Hidayat, A.Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. (2015) pengantar kebutuhan
dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika
         
Riyadi, S., & Widuri, H. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat
Diagnosa NANDA. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Ruslan muctar (2009 )jurnal kebutuhan istirahat dan tidur.jakarta, hal. 1-9

Sri Rejeki, Sri Yuniarsih, Aeda Ernawati (2007)  Jurnal Persepsi perawat dan
pasien tentang kebutuhan Istirahat dan Tidur.


Setiyo Purwanto (2000) Dalam Jurnal Mengatasi Insomnia Dengan Terapi
Relaksasi. Jurnal fakultas psikologi universitas Surakarta, vol 1 no 2. surakarta, hal. 141

Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.


Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku  Ajar Fudamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta : EGC.


Komentar